Jakarta |gabungnyawartawanindonesia.co.id.- Pada tanggal 21 agustus 2025,.kematian tragis seorang anak berusia 3 tahun di Sukabumi, (Raya), akibat infestasi cacing yang parah, memicu amarah besar dari Prof. Dr. Sutan Nasomal, SH, MH. Raya meninggal dengan kondisi perut membuncit akibat cacing yang tak terkendali, sebuah ironi memilukan yang menurut Prof. Sutan adalah bukti nyata kelalaian sistemik dan pengabaian total oleh aparatur desa.

Scroll Untuk Lanjut Membaca
Profesor Sutan Nasomal Desak Presiden : Bentuk Satgas Kesehatan, Di Seluruh Desa, Soroti Kematian Raya Akibat Kelalaian Aparat.

Dalam sebuah sesi wawancara yang penuh ketegangan dari markas Partai Oposisi Merdeka, Prof. Sutan dengan suara keras mengecam ketiadaan pengawasan melekat (Waskat) dari pemerintah desa di Cinagara, Kabupaten Sukabumi.

Ia menyoroti bagaimana seorang anak dengan ibu penderita gangguan jiwa dan ayah pengidap TBC, hidup dalam kemiskinan ekstrem, luput dari perhatian para pejabat desa yang seharusnya menjadi garda terdepan dalam kesejahteraan warga.

“Masak sih kasus seperti ini bisa luput dari jangkauan pengawasan? Apakah Kepala Desa dan perangkatnya tidak pernah keliling ke daerahnya sendiri bersama RT dan RW?Mereka seolah tutup mata terhadap realitas pahit warganya,” ujar Prof. Sutan dengan nada tinggi, menunjukkan kekesalannya yang mendalam.

Kasus Raya, menurut Prof. Sutan, hanyalah puncak dari gunung es masalah kesehatan di pedesaan Indonesia. Ia meyakini bahwa kelalaian serupa juga terjadi di seluruh pelosok negeri. “Ini kemungkinan besar terjadi di seluruh daerah di NKRI,” tegasnya.

Pakar hukum internasional dan ekonom ini mendesak Presiden untuk segera mengambil tindakan tegas. “Saya meminta Presiden agar perintahkan Kementerian Kesehatan untuk segera membentuk Satgas Kesehatan hingga ke desa-desa di seluruh Indonesia, di bawah kendali Kepala Dinas Kesehatan kabupaten/kota.Ini bukan lagi soal perbaikan, melainkan darurat kemanusiaan yang memerlukan intervensi langsung dari pusat,” pungkas Prof. Sutan, menggarisbawahi urgensi dari tuntutannya.

(Red)

Reporter: Perwakilan GWI Aceh